OTOT
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu
melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau
serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya
memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu,
terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan
kontraksi otot.
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi
untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas
otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot polos adalah salah satu otot
yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari
(tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di
tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung
dan usus. Otot Lurik (otot rangka).Otot rangka merupakan jenis otot yang
melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya
memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di
tepi sel. Contoh otot pada lengan. Otot jantung hanya terdapat pada jantung.
Otot ini merupakan otot paling istimewa karena memiliki bentuk yang hampir sama
dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik
yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di
tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki
percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan
dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari).
Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang
serabut otot. Selama perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui
peleburan ekor dengan ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa.
Di dalam sel serabut otot ini terdapat unit kontaksi berupa protein yang
trerdiri atas miofibril-miofibril. Miofibril ini merupakan kumpulan dari lapis
tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin).
2.1 PENGERTIAN OTOT
Otot
merupakan salah satu jaringan yang paling banyak mengisi struktur tubuh
manusia. Otot adalah suatu jaringan yang terspesialisasi untuk suatu fungsi
khusus yaitu berkontraksi bila dirangsang. Kontraksi merupakan hasil dari
perubahan-perubahan kimiawi didalam dua jenis molekul protein otot, yaitu aktin
dan myosin. Kontraksi dari sejumlah serabut otot akan menghasilkan pemendekan
dan penebalan dari massa keseluruhan otot. Bila oto tersebut mengelilingi
lumenjika otot berkontraksi maka lumen akan menyempit. Bila otot tersebut
berada diantara dua struktur dengan suatu kontraksi, maka salah satu dari
struktur tersebut akan mendekati struktur lainnya. Biasanya ransangan untuk
kontraksi otot adalah berupa syaraf impuls.
Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh
kita, karena dengan otot tubuh kita dapat berdiri tegap. Otot
merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu
sifat yang penting bagi organisme. Otot dapat memendek apabila
berkontraksi dan juga memanjang bila berelaksasi. Kontraksi otot terjadi bila
otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot
sedang beristirahat. Otot juga merupakan system biokontraktil dimana sel-sel
bagian dari sel memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu
yang memanjang.
2.2 FUNGSI OTOT
Otot
mempunyai kemampuan untuk berkontraksi. Otot mengemban 3 fungsi yaitu
melaksanakan gerakan, memelihara postur tubuh dan memproduksi panas. Gerakan
yang dihasilkan oleh otot pada dasarnya ada 2, yaitu gerakan tubuh yang mudah
diamati dan gerakan berpindah tempat (misalnya berjalan, berlari dan bergerak)
dan gerakan bagian tubuh tertentu (misalnya menggelengkan kepala, melambaikan
tangan), sedangkan gerakan yang tidak mudah diamati adalah gerakan organ-organ
dalam tubuh misalnya.
2.3 Prinsip All
or None
Sel otot berkontraksi menurut prinsip all or none (ya atau tidak sama sekali), yang
berarti bahwa bila suatu sel otot diberi stimulus, maka ia akan berkontraksi
dengan kapasitas penuh, tanpa tergantung pada kekuatan stimulus, asal kekuatan
stimulus lebih besar atau sama dengan stimulus ambang. Sedangkan stimulus bawah ambang
(stimulus subliminal) tidak akan memberikan respons sama sekali, artinya otot
tidak berkontraksi sama sekali. Stimulus
bawah ambang dapat menimbulkan kontraksi apabila diberikan dengan penjumlahan
(sumasi), artinya beberapa stimulus bawah ambang bila dikenakan pada otot berkali-kali
dengan cepat maka otot akan berkontraksi.
Prinsip
all or none
artinya otot akan berkontraksi lebih kuat apabila stimulus yang mengenainya
juga kuat, sebaliknya akan berkontraksi lebih lemah apabila stimulus yang
mengenainya lebih lemah. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : setiap
jaringan otot disaraf oleh beberapa saraf motor. Setiap serabut saraf motor
tunggal akan bercabang-cabang kurang lebih 100 cabang kecil-kecil.
Masing-masing cabang sel otot ini akan berakhir pada satu sel otot. Ujung saraf
yang melekat pada sel otot dengan nama motor
end plate atau myoneural junction.
Jadi satu serabut saraf motor tunggal bersama-sama dengan sel-sel otot yang
disarafi disebut unit motor.bila suatu saraf motor diaktifkan maka semua
sel-sel otot akan berkontraksi secara stimulant. Begitulah konsep dasar
fisiologi gerak. Tapi proses ini hanya dalam konteks sel otot saja dan berbeda lagi konsepnya dengan
tingkatan yang lebih tinggi yaitu jaringan otot.
2.4 JENIS-JENIS OTOT
Otot dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara.
Dari segi histology otot dapat dikelompokkan atas otot lurik (otot rangka) atau
bergaris melintang (striated muscle) dan otot polos (smooth muscle).
Otot jantung pada dasarnya merupakan jenis khusus dari otot lurik yang terdapat
pada dinding jantung.
a)
Otot Rangka
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Serabut otot sangat panjang,
sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai
100 mikron.
Setiap serabut memiliki banyak
inti yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksinya sangat cepat dan
kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
•
Otot skelet disusun oleh
bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut berbentuk silinder yang
panjang, disebut myofiber /serabut otot.
•
Setiap serabut otot
sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak nukleus ditepinya.
•
Cytoplasma dari sel otot
disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam organella, kebanyakan
berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
•
Myofibril disusun oleh
myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :
- yang
kasar terdiri dari protein myosin
- yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
Otot
rangka memperlihatkan semua otot-otot yang garis tengahnya berkisar antara 10
sampai 80 mikron. Sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka dapat
bergerak secara atif, sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam
suatu letak tertentu.
1. Sifat
otot rangka ini yaitu antagonis (otot yang dalam pekerjaannya bekerja secara
berlawanan) dan sinergis (otot yang dalam pekerjaannya bekerja secara
bersama-sama). Terdapat banyak inti sel yang berlokasi ditepi otot dengan
bentuk sel yang memanjang- myofibril. Gerakannya diatur kesadarannya dengan
kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia
propia. Otot-otot rangka terbungkus atas selaput-selaput fasia.
2. Kontraksi
otot rangka
Otot rangka dapat mengadakan kontraksi
cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus
listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan sebagainya. Dalam keadaan
sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah
yang dating dari susunan saraf mototris.
3. Mekanisme
kontraksi otot rangka
Menunjukkan keadaan sarkomer yang relaksasi (atas) dan keadaan kontraksi (bawah).
·
Pada keadaan relaksasi
ujung-ujung filament aktin yang berasal dari dua membrane Z (cakram Z) yang
berurutan satu sama lain hamper tidak tumpang tindih, sedangkan pada saat yang
sama filament myosin mengadakan tumpang tindih sempurna.
·
Sebaliknya pada keadaan
kontraksi filament-filamen aktin ini tertarik kedalam diantara filament myosin
sehingga sekarang satu sama lain tumpang tindih luas.
·
Filament aktin dapat
ditarik sama-sama demikian kuatnya sehingga ujung-ujung filament myosin
sebenarnya melengkung waktu kontraksi yang sangat kuat. Jadi kontraksi otot
terjadi karena mekanisme sliding
filament.
·
Imolekul myosin terdiri
atas dua bagian, yaitu meromiosin ringan dan meromiosin berat. Meromiosin rigan
terdiri atas dua utas peptide yang satu sama lainnya melilit dalam suatu
heliks. Sebaliknya meromiosin berat terdiri dari dua bagian, pertama heliks
kembar yang sama seperti yang terdapat pada meromiosin ringan, kedua kepala
yang terletak pada ujung heliks kembar. Kepala itu sendiri terdiri atas dua
massa protein globular.
·
Badan filament ini
terdiri dari utas meromiosin ringan yang sejajar. Bagian meromiosin berat dari
moleul myosin terdapat penonjolan-penonjolan tersebut membentuk jembatan
penyebrangan. Batang penyebrangan bertindak sebagai lengan yang memungkinkan
kepala meluas jauh keluar dari badan filament myosin atau terletak dekat dengan
badan.
a. OTOT POLOS
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan, dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Disebut otot polos karena protoplasmanya yang licin dan tidak mempunyai garis-garis melintang. Otot polos memilki serat yang arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri dari protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak secara teratur, dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja. Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos
berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi.
Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh
darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili
rambut.
Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau
miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.
muskulus siliaris mata, otot polos dalam kulit, saluran kelamin dan
saluran ekskresi
Ciri-ciri otot polos adalah sebagai
berikut : Berbentuk gelendong dengan satu sel pada masing-masing sel. Tidak
memiliki garis melintang. Otot polos dapat bekerja di luar kesadaran kita, sehingga disebut otak tak sadar.
Cara kerja otot polos : bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot
menjadi pendek. Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu
rangsang, maka reaksi terhadap berasal dari susunan saraf tak sadar (otot
involunter), oleh karena itu otot polos tidak berada di bawah kehendak. Jadi
bekerja di luar kesadaran kita.
b. OTOT JANTUNG
Otot
jantung adalah bergaris lintang, sama seperti otot rangka. Selanjutnya otot
jantung mempunyai myofibril khas yang
mengandung filament aktin dan myosin yang terdapat pada otot rangka, dan
filament-filamen ini selam proses kontraksi saling bertautan dan mengadakan
sliding satu sama lainnya dengan cara sama-sama seperti yang terjadi pada otot
rangka.
Otot
jantung sebagai sinsium yaitu daerah-daerah gelap bersudut yang menyebrangi
serabut otot jantung, dinamakan diskus
interkalaris. Kenyataannya serabut-sebarut otot jantung adalah sekelompok
sel-sel otot jantung yang dihubungkan satu sama lainnya. Membrane sel bergabung
satu dengan yang lain membentuk tigh
junction yang memungkinkan diffusion yang hampir benar-benar bebas.
Dipandang dari segi fungsional, ion-ion mengalir relative mudah. Sepanjang
aksin serabut otot jantung sehingga potensial aksin berjalan dari satu sel otot
jantung ke sel yang lainnya melalui discus interkalaris tanpa halangan yang
berarti. Oleh karena itu otot jantung adalah sinsisium.
Jantung
terdiri dari dua sinsisium yang terpisah yaitu sinsisium atrium dan sinsisium
ventrikel. Sinsisium satu sama lain ini dipisahkan oleh jaringan fibrosa
disekitar cincin-cincicn kutub. Karena sifat sinsisium otot jantung,
perangsangan satu serabut otot atrium menyebabkan potensial aksial berjalan
diseluruh massa otot atrium, dan hal yang sama perangsangan satu serabut
ventrikel menyebabkan perangsangan seluruh massa otot ventrikel. Bila berkas
A-V utuh, potensial aksi berjalan juga dari atrium ke ventrikel, hal ini
dinamakan prinsip tuntas atau gagal.
Kemampuan
berkontraksi otot jantung sewaktu sistol maupun diastole tidak tergantung pada
rangsangan saraf. Konduktisitas, kontraksi melalui setiap serabut otot jantung
secara halus sekali dan sangat jelas dalam berkas hisritme-ritme, kekuatan gelombang yang dimiliki otot jantung
secara ototmatis tidak bergantung pada rangsangan saraf.
Otot Pili
Rambut di kepala membuat kita tetap merasa hangat. Rambut (terkadang kita
sebut bulu) di hidung, kuping, dan sekitar mata melindungi organ-organ tersebut
dari debu dan partikel-partikel lainnya. Alis dan bulu mata melindungi mata
dengan cara mengurangi cahaya dan partikel yang mungkin menerpa organ
penglihatan tersebut. Demikian juga dengan rambut-rambut halus yang ada di
tubuh yang menyediakan kehangatan dan perlindungan bagi kulit. Rambut juga
menjadi bantalan yang melindungi tubuh dari luka.
- Hair shaft atau batang rambut adalah bagian rambut yang keluar dari dan berada di atas permukaan kulit.
- Arrector pili muscle atau otot arektor pili adalah otot kecil yang menempel di folikel rambut.
- Sebaceous gland atau kelenjar minyak adalah kelenjar mikroskopis yang
2.5
KIMIA JARINGAN OTOT
1.
Struktur
Otot
Sistem
muscular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas
gerakan tubuh. Otot-otot volunteer melekat pada tulang, tulang rawan, ligament,
kulit atau otot lain melalui struktur fibrosayang disebut tendon dan aponeurosis. Serabut-serabut
otot volunteer bersama selubung sarkomela masing-masing tergabung dalam
kumparan oleh endomisium dan
dibungkus oleh perimisium. Kelompok
serabut tersebut (fasikulus)
digabungkan oleh selubung yang lebih padat yang disebut epimisium dan gabungan fasikulus ini membentuk otot volunteer badan
individu. Semua otot memiliki suplai darah yang baik dari arteri-arteri
didekatnya. Arteriol pada perimisium member cabang kapiler yang berjalan dalam
endomisium dan melintasi serabut-serabut. Pembuluh darah dan saraf memasuki
otot bersama-sama didaerah hilum.
Kebanyakan
otot mempunyai tendon pada salah satu atau kedua ujungnya. Tendon terdiri dari
jaringan fibrosa dan biasanya berbentuk seperti tali (cord), meskipun pada
beberapa otot yang pipih tali tersebut digantikan oleh suatu lembaran fibrosa
yang kuat yang disebut aponeurosis. Jaringan
fibrosa juga membentuk jaringan pelindung atau selubung otot yang dikenal
dengan fasia.
Bila
satu otot menempel pada otot yang lain, serabut-serabut otot ini bias saling
melilin (interlace), perimisium otot
ynag satu bersatu dengan perimisium otot yang lain atau keduanya bias
menggunakan tendon yang sama. Jenis hubungan yang ketiga terdapat pada
otot-otot dinding abdomen, dimana serabut-serabut aponeurosissaling menyilang,
membentuk linea alba yang dapat
terlihat sebagai cekungan dangkal diatas umbilicus.
2.
ANATOMI MIKROSKOP SEL OTOT
Sel otot rangka
merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan yang sama di seluruh
panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 μm.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 μm. Penyebaran miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 μm. Penyebaran miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.
3.
STRUKTUR SUATU SARKOMER
Sebuah sarkomer adalah unit
fungsional dasar dari otot lurik, atau dengan kata lain, sarkomer adalah bahan
bangunan dasar dari sebagian besar sel-sel otot. Dalam tubuh manusia, setiap
otot terdiri dari beberapa bundel serat otot. Serat otot ini, pada gilirannya,
terdiri dari banyak helai halus yang disebut miofibril. Miofibril biasanya
tidak nampak jelas kecuali dilihat di bawah mikroskop elektron, tetapi
masing-masing miofibril terutama terdiri dari dua jenis filamen, disebut
“tebal” dan “tipis”, dan masing-masing diatur dalam pengulangan sub-unit
teratur. Setiap sub unit secara individual dikenal sebagai sarkomer, itu adalah
pengaturan mereka berpola yang memberikan penampilan karakteristik otot lurik
berpita.
Sebuah sarkomer adalah unit
fungsional dasar dari otot lurik, atau dengan kata lain, sarkomer adalah bahan
bangunan dasar sel-sel otot. Di antara sarkomer
terletak garis Z, juga dikenal sebagai disc Z. Ketika diwarnai dan dilihat
secara mikroskopik, garis Z muncul sebagai gelap dengan perbatasan yang
berbeda. Garis Z dari miofibril yang berdekatan umumnya segaris dengan satu
sama lain dan terlihat seperti rangkaian garis gelap paralel berjalan pada sel
otot. Banyak filamen tipis juga mencapai ke pusat sarkomer dari garis Z, di
mana mereka agak tumpang tindih dengan filamen tebal yang mengambang bebas.
Filamen ini bersama-sama mewakili struktur aktif.
4. STRUKTUR FILAMEN TIPIS ( FILAMEN
AKTIN )
Filamen
tipis sekitar setengah diameter filamen tebal, dan mengandung terutama protein
aktin. Molekul aktin kira-kira berbentuk bulat, dan mereka cenderung tersusun
dalam untaian ganda – seperti kalung manik-manik – dengan setiap helai memutar
sekitar yang lain untuk membentuk heliks. Filamen tipis menonjol ke dalam dari
garis Z pada setiap ujung, sebagian tumpang tindih dengan wilayah bergelombang
filamen tebal.
5. STRUKTUR FILAMEN TEBAL ( FILAMEN
MIOSIN )
Filamen tebal terdiri dari ratusan molekul protein
miosin. Miosin ditandai dengan bentuk panjang, berserat, daerah ekor yang
berjalan sepanjang sumbu filamen, dan daerah kepala bulat yang menonjol keluar
sepanjang sumbu. Molekul individual miosin dalam filamen umumnya berorientasi
pada arah yang berlawanan, yang dalam banyak kasus berarti bahwa daerah kepala
berbaris di sepanjang masing-masing ujung molekul sedangkan ekor mereka
berkumpul di pusat. Ini berarti bahwa filamen memiliki bentuk seperti sebuah
lonceng memanjang, dengan kepala bergelombang yang menonjol pada ujung dan
daerah halus di tengah. Wilayah interior sarkomer, sesuai dengan panjang
filamen tebal, disebut pita. 2.6 2.6 Kontraksi Otot
Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi
otot dikenal dengan nama “model pergeseran filamen” (sliding filament mode),
seperti terlihat pada gambar berikut.
Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf.
Pada saat datang impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut
otot dipenuhi oleh asetil kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion
kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa dengan
molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebabkan adanya sisi aktif pada
filamen tipis (aktin). Kepala miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan
filamen tipis tepat pada sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin
disebut jembatan penyeberangan (cross bridges)
Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan
tersebut membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi tersebut ke arah
filamen tipis. Proses ini menyebabkan filament tipis mengerut. Secara
keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala
miosin akan lepas dari filamen tipis. Proses ini memerlukan ATP yang diambil
dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka filamen tipis akan lepas dari
filamen tebal. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali. Proses ini
berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Jadi, kontraksi otot akan
berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada rangsangan maka ion
kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak
memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang
berelaksasi (Setiadi,2007).
2.6.1 Proses Kontraksi Otot Rangka
Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model
Pergeseran Filamen yang pertama kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley
dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot,
setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada
perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak
terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser
melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan
zona H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen
aktin dan myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain.
Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin
menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.
(Campbell, dkk. 2005)
Otot
rangka dapat mengadakan kontraksi dengan cepat,apabila ia mendapat rangsangan
dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan
lain-lain. Dalam keadaan sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut
pengaruh atau perintah yang datang dari saraf motoris.
Mekanisme Kontraksi Otot Rangka
Mekanisme
yang dikenal berupa sliding filament mechanism. Mekanisme ini tidak
mengubah panjang dari masing – masing filamen baik aktin maupun miosin. Aktin
di kedua sisi sarkomer bergeser ke arah pertengahan pita A selama kontraksi.
Aktin juga menarik pita Z ke tempat filamen tersebut bergerak sehingga sarkomer
memendek. Pita H yang tidak dicapai oleh pergerakan aktin menjadi lebih kecil
ketika aktin ini mendekat satu sama lain, bahkan dapat hilang (pita H) jika
aktin saling bertemu. Pita I yang terdiri dari aktin yang tidak saling tumpang
tindih dengan miosin berkurang lebarnya sehingga semakin banyak aktin yang
tumpang tindih dengan miosin. Sementara itu, panjang pita A tidak berubah
karena ditentukan oleh posisi miosin, bukan oleh aktin.
Aktin
bergerak ke arah dalam terhadap miosin diperankan oleh jembatan silang pada
miosin. Di ujung kepala miosin ada tempat (site) yang
berfungsi mengikat aktin untuk bergerak ke arah dalam. Dalam keadaan relaksasi,
tempat pada aktin tersebut ditutup oleh troponin yang menempel ke tropomiosin.
Untuk membuka kompleks troponin dan tropomiosin yang menutup tempat
berhubungannya, ion kalsiumlah yang berperan. Ion kalsium berikatan dengan
troponin, menginisiasi kompleks (troponin dan tropomiosin) ke samping agar
jembatan silang dapat berikatan dengan tempat di aktin.
Setelah
kontak dengan aktin, konformasi jembatan silang pun berubah menjadi menekuk ke
arah dalam (ke arah pita A) seperti memiliki engsel. Hal ini disebut dengan power
stroke (gerakan mengayun yang kuat) dari jembatan silang untuk menarik
aktin ke arah dalam. Siklus pengikatan ini berulang dan berpindah dari molekul
aktin ke molekul lainnya. Pada akhir siklus, hubungan jembatan silang dengan aktin
terputus dan konformasi miosin kembali ke semula (stick golf). Seperti
yang sudah dibahas di histologi, satu molekul miosin (dengan enam jembatan
silang) di kelilingi oleh enam aktin (bersama tempat pengikatannya), siklus
antara satu jembatan silang dengan satu tempat pada aktin berlangsung secara
asinkron (berbeda satu sama lain). Hal ini supaya ketika ada satu interaksi
yang sedang berpindah dari aktin ke berikutnya, sementara siklus lain menahan
dengan cara menariknya ke dalam. Jika terjadi secara bersamaan, ke-enam
pasangan menarik ke dalam dan melepasnya secara bersamaan, aktin pun akan
keluar untuk kembali ke posisi normal.
Otot rangka
diaktifkan berkontraksi ketika adanya pelepasan ACh di taut neuromuskular.
Terikatnya ACh oleh reseptor di sarkolema mengubah permeabilitas membran yang
dihantarkan ke seluruh permukaan membran lainnya. Antara pita A dan pita I ada
sarkolema yang menembus ke dalam serat membentuk tubulus transversus (tubulus
T). Melaui perantara tubulus T inilah potensial aksi menyebar ke dalam serat
otot termasuk retikulum sarkoplasma. RS merupakan retikulum endoplasma saling
berhubungan mengelilingi sepanjang permukaan miofibril, tetapi tidak kontinu.
Segmen yang terpisah membungkus setiap pita A dan pita I yang diujung setiap segmen
membesar disebut dengan kantong lateral yang dekat dengan tubulus T tetapi
tidak kontak langsung satu sama lain. Di kantong ini tersimpan ion kalsium,
potensial aksi menyebabkan keluarnya ion ini ke sarkoplasma.
Jembatan
silang miosin memiliki dua tempat khusus yaitu tempat pengikatan dengan aktin
dan tempat enzim ATP-ase. Tempat ATP-ase akan mengikat ATP dan menguraikannya
menjadi ADP dan Pi (fosfat inorganik) yang dalam prosesnya menghasilkan energi.
Sebelum berikatan antara ATP dengan ATP-ase, ion magnesium perlu berikatan
dengan ATP sebelum ATP-ase dapat menguraikan ATP tersebut ( Kus irianto,2004).
2.1.7. Proses Kontraksi Otot
Polos
Otot polos mempunyai struktur molekuler yang serupa dengan
struktur molekuler otot lurik. Otot polos mengandung molekul α-aktinin dan
tropomyosin sebagaiman halnya otot lurik. Meskipun organisasi internal otot
polos kurang jelas, namun melalui pengamatan dengan mikroskop
electron,diketahuiadanya jembatan silang antara filament tipis dan
tebal,sehingga mekanisme kontraksi otot polos mirip pergeseran filament seperti
pada otot bergaris melintang.
Meskipun organisasi internal otot polos kurang jelas, namun
melalui pengamatan dengan mikrosop electron, diketahui adanya jembatan silang
antara filament tebal dan tipis, sehingga diyakini mekanisme kontraksi otot
polos mirip pergeseran filamen seperti pada otot bergaris melintang.
Meskipun organisasi internal otot polos
kurang jelas, namun melalui pengamatan dengan mikrosop electron, diketahui
adanya jembatan silang antara filament tebal dan tipis, sehingga diyakini
mekanisme kontraksi otot polos mirip pergeseran filamen seperti pada otot
bergaris melintang.
Kontraksi otot polos seperti pada otot
rangka dan jantung, sangat tergantung pada konsentrasi Ca2+
interseluler. Perbedaannya terletak pada mekanisme pengaturan kontraksi oleh Ca2+ troponin, maka sebagai penggantinya, Ca2+ mengaktifkan otot polos dengan
pengaturan rantai myosin (myosin-linked regulation). Myosin otot polos dapat
berinteraksi dengan aktin jika myosin rantai ringan difosforilasi. Ion Ca2+ mengatur fosforilasi myosin rantai
ringan secara tidak langsung dengan jalan berkombinasi dengan protein pengikat
Ca2+ (kalmodulin). Kompleks
kalmodulin- Ca2+ mengaktifkan
“myosin rantai ringan kinase”, yang memfosforilasi myosin rantai ringan
kemudian memulai kontraksi dan memelihara siklus jembatan silang terus berjalan
selama Ca2+ masih tersedia.
Kontraksi dengan penguraian rantai myosin ini juga terjadi pada otot Moluska
dan beberapa kelompok invertebrate yang lain serta pada system kontraktil aktin
miosin non otot.
Karena system tubulus T yang
terorganisasi seperti pada otot rangka tidak ada, dan reticulum sarkoplasma
biasanya sangat kurang luas, maka hubungan eksitasi-kontraksi pada otot polos
juga agak berbeda dengan otot rangka. Ion Ca2+ yang mengaktifkan
kontraksi otot sebagian besar berasal dari cairan ekstraseluler, sedangkan dari
reticulum sarkoplasma hanya sedikit. Depolarisasi pada sarkolema menyebabkan
permeabilitasnya terhadap Ca2+ meningkat, sehingga Ca2+ berdifusi masuk ke sarkoplasma
(mengikuti gradient konsentrasi) untuk memulai kontraksi. Kontraksi berakhir
bila Ca2+ dikeluarkan dari
sarkoplasma dengan memompa kembali Ca2+ keluar sel. Ada beberapa sel
otot polos yang reticulum sarkoplasmanya membentuk tautan bercelah dengan
sarkoplasmanya.
Otot polos dapat diaktifkan secara
spontan oleh saraf, hormone, dan pada beberapa kasus oleh regangan otot. semua
sumber eksitasi aktif umumnya meningkatkan konsentrasi Ca2+ intraseluler (Kimball, John W. 1994)
2.1.8. Peranan Ion Kalsium Dalam Kontraksi Otot Rangka
Setiap ujung
akson saraf motor akan berakhir pada sel otot. Persambungan (sinapsis) antara
ujung akson dengan sel otot ini dikenal sebagai cawanujung motor atau
persambunga saraf otot. Bila implus saraf sampai pada ujung akson saraf motor,
ia akan memicu pembebasan asetilkolin, yaitu suatu neurontransmitter pada ujung
prasinapsis saraf motor. Asetilkolin akan menyebar ke celah sinapsis, kemudian
akan melekat pada reseptor yang terdapat pada membrane subsinapsis. Interaksi
antara asetilkolin dengan reseptor yang menyebabkan peningkatan permeabillitas
membrane sel otot (sarkolema). Depolarisasi ini akan dirambatkan sebagai implus
sepanjang sarkolema. Implus yang melalui T tubulus akan menyebabkan ion Ca2+
yang tersimpan dalam reticulum sarkoplasma dibebaskan ke dalam sitoplasma. Ca2+
yang tersebar dalam sitoplasma tersebut kemudian melekat pada troponin
(subunit TnC). Akibat dari melekatnya Ca2+
pada troponin ini, maka tropomiosin akan bergeser, sehingga tempat
perlekatan myosin pada aktin terbuka. Dengan terbentuknya tempat perlekatan
myosin ini maka jembatan silang myosin akan melekat pada aktin (terbentuk
aktomiosin). Melalui siklus jembatan silang berkali-kali (50-100 kali), maka akan terjadilah proses
kontraksi. Kontraksi akan berakhir apabila Ca2+ yang melekat pada troponin secara aktif
ditarik kembali ke dalam reticulum sarkoplasma. Ca2+ dari troponin akan menyebabkan molekul
tropomiosin menutup kembali semua tempat perlekatan myosin pada filament aktin,
dan otot kembali relaksasi.
·
Bila konsentrasi kalsium intrasel meningkat maka akan
berikatan dengan troponin sehingga terjadi pergesaran posisi troponin pada
molekul tropomiosin yang menyebabkan pergeseran posisi tropomiosin terhadap
aktin. Hal ini menyebabkan terbukanya tempat aktif untuk mengikat miosin
sehingga terjadi pengikatan miosin dengan tempat aktif aktin dan ATP miosin
diaktifkan dan ATP diuraikan untuk menghasilkan energi sehingga jembatan silang
terayun,maka filamen-filamen bergeser satu sama lain yang menyebabkan
otot berkontraksi
·
Semakin banyak jumlah jembatan silang yang berhubungan dan
terayun pada suatu saat maka semakin besar tegangan yang dihasilkan oleh otot
·
Setelah setiap ayunan jembatan silang maka molukel ADP
dibebaskan dari miosin yang memungkinkan molukel ATP kedua berikatan dengan
miosin.
·
Sewaktu ATP baru terikat maka jembatan silang dibebaskan
dari aktin.
·
Apabila kalsium intrasel masih tetap tinggi maka ATP baru
akan diuraikan dan jembatan silang kembali terayun (Campbell,dkk 2005).
2.7 Gangguan Pada Sistem Otot
Otot dapat mengalami gangguan atau sakit, dan pada umumnya gangguan pada
otot berhubungan dengan kekacauan homoestatis. Gangguan tersebut mungkin karena
kekurangan zat makanan tertentu, terkumpulnya produk-produk beracun, penyakit,
luka, lama tidak berfungsi, atau kesalahan hubungan saraf. Bebarapa gangguan
otot pada manusia diantaranya :
1. Kejang otot
Kejang otot
atau lebih dikenal dengan istilah kram adalah ketegangan
otot yang sangat kuat, hal ini dapat terjadi kerena cuaca dingin, aktivitas
yang terlalu berat, serta tidak tidak seimbangnya ion dan air didalam tubuh. Gejala kram adalah timbulnya rasa sakit dan nyeri yang luar biasa. Apapun pencegahan
terjadinya adalah adalah menjaga otot agar tidak terlalu lelah dan rileks
2. Keseleo
Penyebab terjadinya keseleo adalah tertariknya atau tendon didaerah persendian, dan jika terlalu keras bisa menyebabkan putusnya
otot, mencegah keseleo adalah dengan berhati-hati dalam beraktivitas.
3. Nyeri otot
Nyeri otot terjadi karena alirah darah yang terhambat, sehingga menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, nyeri biasanya dialami oleh orang yang berusia lanjut dan ada
kecendrungan kambuh pada cuaca dingin. Pencegahan nyeri adalah dengan cara
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan olah raga yang teratur.
4.
Miastenia Gravis
Miastenia grafis adalah penyakit yang menyebabkan otot menjadi lemah dan cenderung lumpuh.penyakit
ini biasanya menyerang sekitar kelopak mata, muka, leher dan anggota gerak
lainya.
5. Polio
Polio adalah infeksi virus
yang menyerang pada otot pengendali, polio dapat menyebabkan mengecilnya kaki
sehingga menyebabkan penderitanya menjadi lumpuh. ciri-ciri orang yang terserang virus polio adalah panas tinggi dan kejang-kejang, pencegahanya adalahdengan memberikannya
imunisasi polio pada usia balita secara rutin.
6. Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu
keadaan di mana otot tidak mampu lagi melakukan kontraksi sehingga
mengakibatkan terjadinya kram otot atau kejang-kejang otot.
7. Astrofi Otot
Astrofi otot adalah penurunan
fungsi otot akibat dari otot yang menjadi kecil dan kehilangan fungsi
kontraksi. Biasanya disebabkan oleh penyakit poliomielitis.
8. Distrofi Otot
Distrofi otot adalah suatu
kelainan otot yang biasanya terjadi pada anak-anak karena adanya penyakit kronis
atau cacat bawaan sejak lahir
9. Kaku Leher /Stiff
Kaku leher
adalah suatu kelainan yang terjadi karena otot yang radang / peradangan otot
trapesius leher karena salah gerakan atau adanya hentakan pada leher serta
menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada leher seseorang.
10. Hipotrofit Otot
Hipotrofit otot
adalah suatu jenis kelainan pada otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar
dan tampak kuat disebabkan karena aktivitas otot yang berlebihan yang umumnya
karena kerja dan olahraga berlebih (Setiadi,2007).
RANGKUMAN
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi
karena sitoplasma mengubah bentuk (lihat cara pergerakan amuba). Pada sel-sel,
sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata
lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi).
Mekanisme kerja otot pada
dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filament-filamen
aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat
pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak
bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam
penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H, selain
itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan
pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi.
Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk
komplek aktin-miosin. Mekanisme kontraksi otot
rangka dan otot polos terjadi dengan bantuan Ion Ca2+
yang membuka kompleks troponin-tropomiosin pada aktin. Ion Ca2+ juga membantu pengikatan troponin pada
sisi aktif aktin sehingga menyebabkan kepala miosin menarik filamen aktin bergerak
ke arah garis M. Terjadi overlaping antara filamen aktin yang menyebabkan
pemendekan pada zona H dan zona I zona A tetap. Hingga akhirnya akan terbentuk
sisi ikatan baru untuk ATP. Kemudian kepala miosin akan berikatan dengan sisi
aktif aktin yang baru. Proses ini akan berlangsung sampai akhirnya terjadi relaksasi. Otot dapat
mengalami gangguan atau sakit, dan pada umumnya gangguan pada otot berhubungan dengan
kegagalan homoestatis. Bebarapa gangguan otot pada manusia
diantaranya:
kejang otot, nyeri otot, keseleo,miastenia gravis, kelelahan otot,astrofi
otot,distrofi otot,hipertrofi ot
DAFTAR PUSTAKA
Sarpini, R ., (2014) . anatomi dan fisiologi tubuh
manusia, in media, jakarta.
Setiadi.,(2007) . anatomi dan fisiologi manusia,
graha ilmu, yogyakarta.
Sinaga, E ., (2011) . anatomi fisioloi tubuh
manusia, fmipa unimed, medan.
Watson, R ., (2002) . anatomi fisiologi untuk
perawat, penerbit buku kedokteran egc, jakarta.
No comments:
Post a Comment